Permasalahan Ekonomi yang saat ini sedang menjadi Rayap bagi Eksistensi Bangsa Indonesia.
(Oleh: Amir Fatah)
Berbicara mengenai ekonomi
Indonesia memang tidak terlepas daripada kontroversi didalamnya. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa elemen inilah yang dari dulu hingga sekarang menjadi poros
utama dari permasalahan yang ada dalam bangsa ini. Hingga saat ini berbagai
formula telah dirumuskan untuk memecahkan permasalahan diatas, namun harus
diakui formula tersebut belum mampu memecahkan permasalahan yang ada.
Perlu
ada solusi yang jitu untuk membuat masalah tadi tidak semakin akut. Dalam hal
ini koordinasi dari pihak-pihak terkait harus ditingkatkan. Komunikasi
antarlini harus terjalin dengan semestinya. Bisa jadi permasalahan yang saat
ini terjadi adalah akibat dari kurangnya komunikasi dari masing-masing pihak
tersebut, dalam artian komunikasi dalam merumuskan permasalahan tadi.
Masalah
utamanya adalah ekonomi. berbicara mengenai perekonomian Indonesia, hampir
pasti yang dilihat terlebih dahulu adalah jumlah penduduk miskinnya. Saat ini
diperkirakan jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai angka 39 juta jiwa.
Angka tersebut bisa saja bertambah seiring dengan berbagai indikator yang
mendukung hal tersebut. Salah satunya, Jumlah penduduk yang terus bertambah
(saat ini sekitar 280 juta jiwa), berpotensi untuk menambah jumlah penduduk
miskin di Indonesia. Program pemerintah berupa Keluarga Berencana (KB) belum
cukup mampu untuk menekan angka kelahiran. Apalagi bila dilihat dari fenomena
saat ini yang terjadi di masyarakat pedesaan di beberapa wilayah di Indonesia,
khususnya daerah pedalaman masih saja ada yang menikahkan anaknya (khususnya
perempuan) antara usia 15-20 tahun. Padahal, pada usia tersebut harusnya mereka
sedang giat-giatnya menempuh pendidikan dan menikmati masa remaja menuju masa
pendewasaan. Namun terkadang, orientasi dari orang tua ataupun si anak tadi
lebih kepada kepuasan seks belaka, sehingga mau tidak mau jalan satu-satunya
untuk mencegah perzinaan adalah dengan menikah. Setelah itu, di usia mereka
yang masih belia, mereka sudah menggendong anak. Hal inilah yang hingga saat
ini masih menjadi tradisi di kalangan masyarakat yang pemikirannya masih
primitif.
Sudah saatnya bagi kita untuk
berbenah diri, terutama dalam menghadapi kompetisi dunia yang kian hari kian
menampakkan keganasannya. Selain itu jumlah lapangan kerja yang tersedia tidak
sebanding dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia, baik angkatan kerja yang
produktif ataupun sebaliknya. Jumlah
lulusan dari berbagai jenjang pendidikan (khususnya jenjang Sarjana dan SMA),
yang tiap tahun terus menciptakan angkatan kerja baru juga turut menambah
runyamnya problem ekonomi Indonesia. Bila ini tidak ditangani secara serius,
tentunya akan menjadi bom waktu tersendiri.
Hadirnya ekonomi syariah ditengah
carut-marutnya perekonomian negeri membawa secercah asa bagi bangsa ini untuk
berbenah. Meskipun hingga detik ini, tumbuh kembangnya belum sepenuhnya
berjalan, namun ini sudah menjadi awal yang baik bagi perkembangan ekonomi
indonesia dimasa mendatang. Namun tetap ada saja faktor-faktor “X” yang dapat
menghambat proses perkembangan tersebut.
Indonesia saat ini dipandang
sebagai gembong para koruptor bersarang. hingga saat ini, sudah banyak koruptor
yang terjerat oleh instansi negara, yang dalam urusan ini ditangani oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (selanjutnya KPK). Yang menjadi titik fokus disini
bukanlah kepiawaian KPK dalam memberantas korupsi, namun justru menjadi
gambaran betapa tingkat kejujuran dan kepercayaan masyarakat Indonesia masih
belum mampu membuat pertumbuhan ekonomi syariah semakin membaik. Salah satu
aspek terpenting dalam ekonomi syariah adalah menempatkan kejujuran dan
kepercayaan dalam barisan terdepan, dan tentunya dua sifat inilah yang minimal
dimiliki oleh seorang pelaku ekonomi. Bila dua sifat ini mampu diemban oleh
setiap individu, maka dapat dipastikan cita-cita untuk menumbuhkan ekonomi
syariah di bumi Indonesia makin berjalan cepat, sehingga apabila tumbuh
kembangnya sudah semakin pesat, akan berdampak positif bagi masyarakat
Indonesia yang begitu memimpikan sebuah Kesejahteraan.
0 komentar: