Timeline Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Oleh: Khoirul Zadid Taqwa
Jangan
tinggalkan jas merah. Itulah yang dikatakan oleh seorang Soekarno, Presiden
Indonesia pertama. Adapun makna dari kalimat ini adalah kita tidak boleh
meninggalkan sejarah karena sejarah merupakan suatu tonggak estafet pemikiran
atau kreatifitas yang terus berkembang. Apabila tonggak tersebut tidak
dikembangkan maka peradaban pun juga ikut terhenti. Bila tonggak itu diganti
dengan yang baru maka akan mengubah dasar dari pemikiran yang terdahulu. Oleh
karena itu, bangsa yang besar adalah bangsa yang tak melupakan sejarah dan
selalu mengembangkannya.
Terlepas dari sejarah bangsa
Indonesia, sejarah ekonomi Islam yang di awali dari zaman Rasulullah memang
sangat maju di awalnya. Bahkan Negara muslim saat itu adalah Negara yang paling
kaya di dunia dan memiliki peradaban yang sangat maju. Kemajuan ini dapat
dilihat betapa bijaknya Rasulullah dalam mengelola keuangan sebuah Negara yang
sekarang bernama Madinah. Ketika itu Rasulullah memimpin Negara dengan
perekonomian yang bersih dan secara adil walupun tidak semua penduduk Madinah
muslim. Dengan berbagai kebijakan yang adil, Rasulullah bisa membawa Madinah ke
zaman keemasannya.
Setelah Rasulullah wafat, tonggak
estafet diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin. Khulafaur Rasyidin memiliki
perkembangan pemikiran ekonomi yang sangat gemilang dengan adanya berbagai
kebijakan ekonomi dan peningkatan ketaatan dalam pembayaran instrumen-instrumen
perekonomian. Selain itu para khulafaur rasyidin juga memiliki beberapa
terobosan dalam ekonomi.
Setelah beberapa tahun khulafaur
rasyidin memerintah, muncullah pemerintahan umayah dan abbasiyah. Perekonomian
Islam memiliki andil dalam dunia pemikiran ekonomi Islam selama 900 tahun yakni
sejak Rasulullah hingga runtuhnya bani abbasiyah. Pada saat bani umayah dan
bani abbasiyah, Islam melakukan ekspansi ke Negara-negara nonmuslim. Bahkan
Islam telah masuk dan memerintah di Spanyol selama 700 tahun. Selama
pemerintahan dua kerajaan besar ini, banyak sekali ahli ekonomi dan filusuf
yang mengembangkan ekonomi Islam. Berbagai inovasi lahir saat ini. Bahkan pada
pemerintahan Umar bin abd aziz dalam 2,5 tahun penduduknya sudah terhindar dari
kemiskinan sehingga sulit sekali mencari penerima zakat. Selain itu, sebuah
karangan sebelum the wealth of nation milik Adam Smith telah lahir pada zaman
itu, yakni kitab Al Amwal karangan Abu Ubaid. Bila dibandingkan pada sektor
konvensional, sangat sedikit sekali pemikir ekonomi dari mereka. Saat inilah
ekonomi Islam jaya.
Kemudian perkembangan kedua
kerajaan ini terus menurun. Banyak raja yang lebih mencintai dunia daripada
akhirat. Maka karena kelemahan yang semakin tampak ini, akhirnya kerajaan Islam
runtuh diserang oleh Kerajaan Hulagu. Sejak saat itulah beberapa daerah yang
pernah dikuasai Islam lepas dari Islam. Perlawanan dari muslim di berbagai
daerah pun muncul, mulai dari Mamluk, Fathimiyah, Andalusia, dan Utsmaniyah.
Akan tetapi, kejayaan muslimin yang didapat saat itu hanya bertahan sebentar,
begitu pun dengan pemikir ekonom Islam yang semakin sedikit, kemudian masuklah
kedalam era kolonialisasi atau biasa disebut dengan The Great Hole.
The Great Hole atau kekosongan
pemikiran telah berlangsung selama lima ratus tahun. Disini pula kaum nonislam
mulai melakukan ekspansi dan penjajahan. Mereka mulai melakukan berbagai
ekspansi dalam berbagai bentuk (Gold, Glory, Gospel). Akhirnya mengecillah
kekuasaan Islam karena gempuran ini. Walaupun hanya sedikit kekuatan yang
dimiliki kaum muslimin, tetapi ini masih belum cukup untuk melawan kekuatan
kaun nonmuslim yang sedang on fire.
Merchantilism era on 16-17 century. Mulai
terlihat mengecilnya pemikir ekonomi islam dan mulainya pemikir ekonomi
konvensional. Kemudian at the classic economics on 18 century, mulai muncullah
ekonom konvensional yang sangat terkenal, Adam Smith. Tidak kalah popular juga
dari ekonom Islam yang lahir di India yakni Wali Allah. Akan tetapi apa daya
pemikiran ekonom Islam saat itu, karena dunia masih dalam dominasi kaum
nonmuslim, colonialism era.
Pada Abad 18, ekonomi konvensional
mulai menemukan kebuntuannya. Berakhirlah era The Classic Economics yang
menyatakan bahwa ada invisible hand
tanpa adanya tauhid. Tepatnya pada 1929-1930 terjadi deflasi yang
besar-besaran. Inilah awal dari ambruknya ekonomi konvensional. The classic
economics menganggap bahwa harga di pasar itu akan menyesuaikan diri sehingga
tercapailah keseimbangan pasar. Namun pada kasus saat itu, harga komoditas yang
terus turun tanpa kendali menyebabkan masyarakat menunda untuk membeli barang
itu (deflasi). Masyarakat berfikir bahwa dengan menunda pembelian, harga pada
hari berikutnya akan lebih murah sehingga uang yang ada di masyarakat hanya
tertimbun tanpa arti. Akhirny terjadilah krisis yang membuat dollar tidak laku
karena tidak memiliki nilai.
Kemudian muncul lagi pemikiran
ekonom konvensional socialism yang lebih tak masuk akal. Mereka beranggapan
bahwa segala potensi alam dan manusia adalah milik negara sehingga kehidupan
pada saat itu lebih terkekang. Mereka beranggapan bahwa kebebasan yang tiada
batas akan menimbulkan kekacauan yang besar. Tokoh pada era itu adalah Robert
Owen dan muridnya, Karl Marx. Pemikiran ini menyebabkan banyak berdirinya BUMN.
Ketika liberalisasi tersegmentasi, maka turunlah daya kompetisi yang dimiliki.
Hal ini tentunya akan menurunkan efisiensi terhadap perekonomian. Maka sudah
pasti, perekonomian ini berujung kebuntuan lagi.
Pada Neo Capitalism Era, banyak
sekali melahirkan ekonom konvensional seperti Alfred Marshal, Irving fisher,
dan Keynes. Mereka masih belum sadar dengan kesalahan fatal yang telah mereka
lakukan di awal perekonomian. Mereka malah meneruskan tongkat estafet panas
yang terus mengalami siklus krisis. Berbagai krisispun terjadi lagi sehingga
mulai muncul kesadaran kaum muslimin untuk membuka lagi sejarah kemenangan
Islam.
Era kemerdekaan negara colonial
merupakan era pencerahan bagi kaum muslimin untuk mengembangkan lagi ekonomi
Islam. Dimulai dari negara Pakistan, Syaikh Abu Hasan Al Maududi dalam bukunya
yang mengguncangkan dunia yang berjudul “Kerugian Dunia Akibat Kemunduran
Islam”. Akan tetapi karena begitu lamanya colonialism era membuat pemikiran
ekonomi Islam melambat. Sehingga berbagai ekonom konvensional masih mendominasi
di era ini. Mereka mulai membuka lagi liberalisasi ekonomi seperti NAFTA dan
kebijakan lainnya.
Akan tetapi mereka gagal lagi
meluncurkan kebijakan liberalisasi yang mereka katakana sebagai keadilan
ekonomi. Kemudian muncul lagi krisis Amerika yang disebabkan oleh usaha
property. Setelah itu merambah lagi ke daerah eropa dengan kredit macet atau
utang yang terbayar. Maka setelah kegagalan ekonomi konvensional untuk beberapa
kali ini mulai tersadarlah beberapa ahli ekonomi konvenisonal untuk menerapkan
kembali ekonomi Islam. Adapun beberapa ekonom konvensional yang justru menjadi
bumerang bagi ekonomi konvensional sendiri. Yakni John K. Galbraith dan
Stiglitz (pejabat World Bank). Maka tugas kita sekarang melanjutkan tongkat
estafet yang barokah dari Rasulullah seperti para ilmuan2 Islam (Yusuf Qrdhawi,
M. Omer Chapra, M. Abd Mannan dkk),
Reference:
Karim,
adiwarman.2012.Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi 3. Jakarta. Rajawali Pers
0 komentar: