Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Solusi Kebangkitan
Oleh: Ahmad Hambali
(Koordinator Regional FoSSEI Jawa Timur)
Berbagai peristiwa telah mewarnai setiap
meter perjalanan peradaban Islam yang jatuh bangun selama 13 abad lamanya.
Sejarah telah mencatat bahwa Islam pernah menorehkan tinta emasnya pada buku
peradaban umat manusia. Berangkat dari perjuangan Rasulullah Muhammad saw dalam
melaksanakan amanah untuk menyebarluaskan Islam ke setiap jengkal tanah di muka
bumi yang sangatlah tidak mudah hingga Islam mencapai puncak kejayaannya pada
masa Daulah Bani Abbasiyah yang ditandai dengan lahirnya para tokoh fenomenal yang
sangat berpengaruh bagi keberlangsungan umat manusia dan karyanya hingga kini
menjadi rujukan bagi pencari ilmu di seluruh dunia.
Beberapa
nama dari cendekiawan muslim diatas antara lain Ibnu Sina dengan kitabnya yang
berjudul Qanun Fi at-Tib (the Canon)
yang menjadi inspirator utama munculnya ilmu kedokteran modern, di bidang
matematika ada Al-Khawarizmi yang menemukan angka 0 (nol) dan terkenal dengan
aljabar-nya, Al-Biruni penemu gaya gravitasi, Ibnu Haitam penemu optik, teknik
fotografi, dan energi solar, serta masih banyak cendekiawan muslim yang telah
berkontribusi bagi dunia ilmu pengetahuan.
Pencapaian
kegemilangan Islam pada saat itu menurut Budi Suherdiman tidak terlepas dari
sikap terbuka pemerintahan Islam terhadap budaya-budaya lain semisal yang
berasal dari Yunani, Romawi, Persia, India, dan lain sebagainya. Menurut
Marshall, proses ini tidak serta merta dikonsumsi secara mentah-mentah oleh
umat muslim tapi dilakukan islamisasi terhadap budaya dan literatur-literatur
tersebut. Bukti-bukti ini diakui oleh sejarawan barat bernama Montgomery Watt
dalam analisanya mengenai kemajuan peradaban Islam. Selanjutnya dia mengatakan dalam bukunya
bahwa Islam tidak pernah mengenal pemisahan yang kaku antara ajaran agama,
etika, dan ilmu pengetahuan.
Namun
di abad ke-21 fakta-fakta diatas betolak 180 derajat. Kiblat peradaban dunia
berpindah ke Barat yang meliputi negara-negara besar di Amerika dan Eropa yang
notabene-nya berhaluan Kristen. Parahnya, umat muslim menilai kondisi ini
sebagai sesuatu yang mengagumkan dan patut dibanggakan yang menyebabkan
kebanyakan umat Islam tergoda dan terlena serta terus berupaya untuk melakukan
reformasi dengan jalan westernisasi. Dan ternyata westernisasi tanpa filter ini
lah yang telah menghancurkan umat Islam sendiri dan semakin menjauhkan mereka
dari Al-Qur’an dan Hadits yang seharusnya menjadi sumber segala sumber termasuk
ilmu pengetahuan karena budaya dan ilmu pengetahuan yang berasal dari Barat
syarat akan Sekularisme.
Dalam
ensiklopedia Indiana, Sekularisme didefinisikan sebagai “suatu sistem etis (peradaban) yang
didasarkan pada prinsip-prinsip moralitas yang dialami dan terlepas dari agama
yang diwahyukan atau hal-hal yang gaib”.
Dari kata Sekularisme ini terbentuk kata kerja sekularisai yang memiliki makna
menerapkan pendidikan yang diarahkan kepada hal duniawi dan tidak ada sangkut
pautnya dengan agama karena dipandang tidak relevan sehingga meniadakan peran
Tuhan dalam proses dan pengembangannya. Inilah yang membawa Islam kepada jurang
terdalam kemunduran dan telah menempatkan umat Islam di anak tangga paling
bawah dari bangsa-bangsa dunia.
Syed Muhammad Naquib al-Attas
seorang ulama asal Indonesia yang terkenal di berbagai belahan dunia karena
pemikirannya sangat sedih melihat fenomena diatas, sehingga beliau mencetuskan
sebuah gerakan untuk mengatasi permasalahan yang umat Islam hadapi. Gerakan ini
dikenal dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang secara sederhananya
“menghadirkan Allah dalam setiap ilmu pengetahuan”.
Senada dengan Syed Naquib al-Attas,
Mulyadhi Kartanegara memberikan definisi tentang islamisasi ilmu pengetahuan
sebagai naturalisasi ilmu pengetahuan guna meminimalisir dampak negatif sains
sekuler terhadap sistem kepercayaan agama.
Langkah-langkah yang ditawarkan
al-Attas untuk Islamisasi ilmu pengetahuan adalah cukup sederhana yakni
mengisolir unsur-unsur barat yang bertentangan dengan Islam dan memasukkan
unsur-unsur Islam ke dalam ilmu pengetahuan tersebut. Al-Attas menambahkan jika
kedua hal tersebut dilaksanakan, beliau sangat yakin jika Islam akan dapat
mengambil kembali panggung peradaban yang telah lama direbut oleh Barat.
Sebenarnya,
Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi
ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang
zalim.
Al-Ankabut: 49
Wallahu a’lam
0 komentar: